MEMAHAMI PRAGMATIK LINTAS BUDAYA: MENJEMBATANI MAKNA DI TENGAH KEBERAGAMAN
DOI:
https://doi.org/10.62388/jrgi.v4i3.591Kata Kunci:
Pragmatik lintas budaya, Kompetensi pragmatic, Norma kesantunan, Interpretasi maknaAbstrak
Di era globalisasi, interaksi antarindividu dari latar belakang budaya yang berbeda menjadi hal yang tak terelakkan. Komunikasi yang efektif dalam konteks ini tidak hanya menuntut penguasaan gramatikal, tetapi juga kompetensi pragmatik—kemampuan untuk memahami makna tersirat di balik tuturan. Artikel ini mengkaji tantangan dan kompleksitas dalam pragmatik lintas budaya. Dengan membedah tiga aspek utama: interpretasi makna, perbedaan norma kesantunan, dan perbandingan tindak tutur, tulisan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kepekaan budaya dalam berkomunikasi demi menghindari kesalahpahaman dan membangun hubungan yang harmonis.
Referensi
Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Politeness: Some universals in language usage. Cambridge University Press.
Hall, E. T. (1976). Beyond culture. Anchor Books.
Hofstede, G. (2001). Culture's consequences: Comparing values, behaviors, institutions, and organizations across nations (2nd ed.). Sage Publications.
Thomas, J. (1983). Cross-cultural pragmatic failure. Applied Linguistics, 4(2), 91–112.
Wierzbicka, A. (2003). Cross-cultural pragmatics: The semantics of human interaction (2nd ed.). Mouton de Gruyter.
Yule, G. (1996). Pragmatics. Oxford University Press.
